Kukira


Sunyi menyeludup ke relung hati, bukan sebagai pengisi, tetapi sebagai penambah sepi.
Menangis.
Basah mata ini dibanjiri air mata untuk sebuah luka di mana kau ada di dalamnya.
Pada dinginnya semesta aku pernah ingin menjadi penghangat saat itu.
Memecah hening yang pernah ada di antara kita. Menghangatkan obrolan-obrolan kecil di antara kita.

Kukira saat itu kita akan terus ada, nyatanya kita telah lama hilang. Di muaramu, aku dipaksa menepi.
Kukira saat itu kita akan terus berjalan berdampingan, nyatanya kau melangkah lebih dulu menjahui diriku.
Kukira saat itu kau mau memperjuangkanku dengan lebih, nyatanya itu hanyalah segenap ekspetasiku saja.

Dan kini, aku ingin melupa pada apa yang pernah membuat duniaku resah.
Cinta yang kuanggap fana saat itu, biarlah menyatu dengan pecahan-pecahan rasaku yang tersisa.
Kini, aku merasa lelah memercayai cinta, setelah apa-apa yang kudoakan selalu ada kau bawa pergi tanpa sisa.

Biarlah. Biar harapan itu terkubur.
Tak apa saat ini aku hancur.
Biarlah cinta dan sayang yang pernah kuberi tak lagi berbaur.
Doakan saja aku bisa melupakanmu dengan segera.
Hingga di suatu ketika--saat kita tiba-tiba berjumpa, yang ada hanya asing.
Terima kasih sudah lahir sebagai angan.

Komentar

Postingan Populer