Kehilangan


Bagaimana rasanya berjalan di atas ketidakpastian?


Ketika hatiku memilih untuk mengubur perasaan ini dalam-dalam, dia justru mencegah lewat senyuman.
Saat aku menjatuhkan hati dan cintaku dalam-dalam padanya, kukira dia merasakan itu, namun justru sebaliknya.
Mungkin aku yang berlebihan dalam berharap. Atau mungkin aku yang terlalu kuat mempertahankan yang sebenarnya bukan milikku.


Kukira dia akan terus menetap. Karena yang kutahu, dia tidak sekalipun mengatakan ketidaknyamanan denganku. Ternyata aku salah, aku adalah sebuah benalu baginya. Tentu tidak seorang pun ingin hidup bersama benalu, bukankah begitu?
Aku bukan apa-apa di matanya, aku hanya sebutir debu; tidak begitu penting untuknya.

Saat telingaku mendengar langkah kepergiannya, seluruh tubuhku lemah.
Sulit berdiri apalagi melangkah untuk mencegahnya.
Pada akhirnya, aku mengerti aku bukan tempat ternyaman untuk dia singgahi.
Bagaimana tidak, aku hanya mempunyai ketulusan untuknya lalu kusimpan dalam doa.
Lantas bagaimana dia tahu jika aku mencintainya?
Mengatakan padanya saja aku tidak berani.

Ketakutanku akan kehilangannya membuat diriku memilih memendam rasa. Hingga waktu kemudian menyadarkanku akan kehilangan yang sebenar-benarnya.
Satu-satunya cara yang ingin kulakukan hanya diam.
Karena aku tidak sedang ingin berdrama, berpura-pura tidak merindukannya, berpura-pura tidak perduli padanya, terlebih jika harus berpura-pura sudah lupa. Aku tidak bisa. Itu bukan keahlianku.

Andai dia masih menetap hingga kini, ada satu kalimat yang ingin kukatakan padanya;
"Telah kuberikan seluruh terbaikku. Dan kau harus menjaganya agar tetap utuh". Namun sebelum kukatakan padanya, dia sudah terlebih dulu menghancurkannya.
Aku menyesal tidak jujur pada diriku sendiri. Kini aku telah kehilangan seluruh yang ada pada dirinya.


Semoga ini yang terakhir. Aku harap aku tidak lagi bertemu dengan kehilangan dihari lain.
:))

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer