Selesai
Di dermaga sana kamu semakin menjelma senja yang menyakitkan.
Caramu beranjak dariku, aku tahu.
Dengan sengaja, tiba-tiba kamu membuat jarak yang tidak bisa kujangkau.
Sialnya hatiku belum siap merelakan.
Aku mengaku kalah.
Ketika pergimu yang hanya menanggalkan lara membuatku lemah.
Aku mengaku kalah.
Karena ternyata dinding yang kubangun untuk pertahananku terpaksa harus runtuh.
Senja kini tak lagi menyenangkan.
Setiap kali kunikmati jingga itu, justru yang terlintas dalam benak ialah perpisahan kita.
Aku sebenarnya tidak ingin menangis ketika menulis ini.
Namun kenyataan ini begitu pahit untuk kutelan habis-habis.
Sampai akhirnya mendung di mataku mulai menurunkan gerimis.
Secepat inikah kita?
Cerita kita harus selesai tanpa benar-benar pernah dimulai. Sebab kamu sebagai pemeran utama tiba-tiba memilih mati dalam cerita.
Kemudian aku yang tak bisa melanjutkan cerita tanpa pemeran utama tiba-tiba tersesat dalam kalimat.
Komentar
Posting Komentar